SEJUTA WARNA SEJUTA MANFAAT
Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Malpighiales
Famili:Euphorbiaceae
Genus:Codiaeum
Spesies:C. variegatum
Hama ini bersifat poliphag dan menyerang lebih
dari 100 jenis tanaman. Tungau betina sekali bertelur kurang lebih 100 butir.
Umur satu generasi mencapai 10 hari pada temperatur 300 C atau 22 hari pada
temperatur 180 C. tungau aktif pada siang hari dan membuat benang-benang halus.
Tungau dewasa berukuran 0,5 mm warnanya kuning pucat hingga kemerahan.
Penyebaran tungau dapat terjadi karena angin yang menghembuskan hingga
berhamburan, ikut bersama daun yang jatuh, melalui pakaian orang yang lewat
didekatnya, alat pertanian, serangga. Hama ini menyerang tanaman pada musim
kemarau yang ditandai dengan adanya bintik-bintik pucat dan banyak sarang pada
daun. Serangan yang berat menyebabkan daun menggulung berwarna coklat, kemudian
berguguran.
Serangga
ini berwarna putih, bentuknya kecil, memiliki sepasang sayap berukuran 0,5 mm.
hama ini terdapat di permukaan bawah daun menyerang tanaman hingga menimbulkan noda pada daun. Daun yang terserang berwarna
coklat kemerahan seperti terbakar, tepi daun menggulung ke bawah kemudian
mongering. Hama meletakkan telurnya di bagian bawah daun. Pengendalian hama ini
dengan membakar daun-daun yang terserang hama atau tanaman yang diserang
disemprot insektisida Tamaron, Decis, atau Matados dengan konsentrasi 0,2%.
Hama
ini berkembang pesat jika udara kering dan temperatursekitar 260 C – 280 C.
panjangnya 1 mm – 2 mm, berwarna hitam, bertelur hingga 50 butir. Lama
perkembangan mulai telur sampai dewasa
sekitar 33 hari. Kebanyakan thrips bersifat parthenogenesis. Thrips menyerang
dengan cara menghisap cairan dari permukaan hingga terjadi bercak berwarna
putih seperti perak. Bercak tersebut akan berubah menjadi warna coklat,
kemudian daun mati dan gugur. Serangan yang berat menyebabkan daun menjadi
keriput seperti terserang virus. Pengendaliannya dengan cara menyemprot
insektisida Decis 0,5 cc – 1 cc/liter ait atau Thiodan 2 cc/liter air.
Lumut
ini menempel pada batang dan percabangan tanaman yang tidak terkena cahaya
matahari. Serangannya tidak membahayakan, tetapi ganggu kebersihan dan
penampilan tanaman ka rena batang dan
percabangan tampak kotor. Pengendaliannya yaitu : (1) Bagian batang yang
diserang dipangkas dan dibakar. Cahaya matahari diusahakan dapat menembus
seluruh bagian tanaman. (2) Lumut pada batang dibersihkan dengan cara dikerok
menggunakan pisau secara hati-hati, jangan sampai kulit batang terluka atau
tergores. (3) Batang tanaman yang diserang diolesi dengan fungisida dengan
menggunakan kuas, misalnya, Cobox, Zineb, Benlate dan Ridomil dengan
konsentrasi 2%.
4. Masukkan media tanam yang terdiri dari humus daun dan bungkus dengan plastik
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Malpighiales
Famili:Euphorbiaceae
Genus:Codiaeum
Spesies:C. variegatum
A. PENDAHULUAN
Puring
(Codiaeum variegatum) , puding,atau kroton adalah tanaman
hias pekarangan populer
berbentuk perdu dengan
bentuk dan warna daun yang
sangat bervariasi. eragam kultivar telah
dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, erta
campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam: memanjang, oval, tepi
bergelombang, elainya "terputus-putus", dan sebagainya.Secara botani,
puring adalah kerabat auh singkong serta kastuba.
Ciri yang sama adalah batangnya menghasilkan lateks berwarna putih ekat dan
lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphorbiaceae.Puring
berasal dari epulauan Nusantara namun
kini telah tersebar di seluruh daerah tropika dan
subtropika, sertamenjadi salah satu simbol turisme.
(id.wikipedia.org/wiki/Puring).
Tanaman
ini tumbuh dan tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika.
Hingga saat ini belum ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini. Menurut
beberapa sumber pustaka, puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali
ditemukan di kepulauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau
pekuburan. Di setiap daerah puring memiliki nama berbeda-beda. Di Sumatra
dikenal dengan nama tarimas, siloastam (Batak), nasalan (Nias), Pudieng
(Minangkabau, Lampung). Di jawa dikenal dengan nama puring (Sunda, Jawa),
Karoton (Madura). Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama demung, puring (Bali),
daun garida (Timor). Di kalimantan di kenal dengan nama uhung dan dolok. Di
Sulawesi : dendiki (Sangir), Kejondon, Kalabambang, dudi, leleme, kelet,
kedongdong disik (Minahasa), nuniki balano (Buol), balenga semangga (Makassar),
dahengora, mendem (Manado). Di Maluku dikenal dengan nama susurite, salu-salu,
fute, ai haru,sinsite, siri-siri (Seram), galiho, dahengaro, salubuto
(Halmahera), dahengora, daliho (Ternate, Tidore). (http://www.kaskus.us)
B. JENIS PURING
Secara
garis besar ada empat jenis puring, yaitu Meidum baill, Pictum hook, Croton
pictus lood, dan phylovren lour. Jenis yang paling umum diperdagangkan adalah
Croton. Varietas puring yang terkenal adalah puring nuri (C. variegatum
’Miami’), puring gelatik (C. variegatum ‘Belvalen’), puring ketapang (C.
variegatum ‘Miami’), puring banci (C. variegatum ‘Imperialis), Poring bor (C.
variegatum ‘Jan Bier), puring buntut ayam (C. variegatum ‘Majestic’), Puring
jet (C. variegatum ‘exotica’), cactus tiang/petung (C. variegatum ‘Majestic’),
dan cactus gendong (C. variegatum ‘Mac Art’) dan lain-lain (http://www.kaskus.us)
C. BENTUK FISIK
Bentuk
daun tanaman puring bervariasi, ada yang berbentuk pita yang panjangnya 5 cm –
30 cm, elips, oblong, bulat, hingga seperti ujung tombak. Permukaan daun ada
yang rata, bergelombang, dan berpilin. Warna daun juga bervariasi, ada yang
berwarna hijau tua polos dan ada pula yang memiliki lebih dari tiga macam warna
dengan variasi hijau, coklat, merah, biru dan kuning. Coraknya ada yang
berbintik-bintik, bergaris-garis, dan belang-belang. Daun dan tangkainya
memiliki getah berwarna bening hingga putih. Bunga telanjang dengan benang sari
yang banyak dan tersusun berangkai dalam satu tangkai bunga. Batang berkayu dan
bergetah, tinggi mencapai 3 meter dan memiliki percabangan yang banyak. (http://www.kaskus.us)
D.
HAMA
DAN PENYAKIT
1. Tungau
(Tetranychus sp.)
2.
Wereng putih (Empoasca sp.)
3.
Thrips sp.
1.
Penyakit
Karat
Penyakit
ini menyerang tanaman pada malam hari yang udaranya lembap, banyak hujan, dan
berkabut. Serangan berat dapat menimbulkan bercak-bercak berwarna kecoklatan,
kemudian daun mongering. Pengendaliannya dengan membuat Drainase media tanam
agar air tidak menggenang, daun-daun yang terserang dipotong dan dibakar dan
tanaman disemprot dengan fungisida Zineb 2%, atau Dithane M-45 sebanyak 2 – 3
gram/liter air.
2.
Lumut
Kerak
Tanaman
puring selain sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah pucuk daun mudanya
juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan (sayuran), tanaman hias, dan
obat-obatan tradisional. Kegunaan penting, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Akar
dan kulit tanaman puring digunakan untuk menyamak kulit karena tanaman puring
mengandung zat penyamak.
2. Air
rebusan daun puring bias digunakan untuk memperlancar keluarnya keringat.
Caranya, air rebusan tersebut digunakan untuk mandi. Jika diminum, air rebusan
daun puring juga dapat membantu menurunkan panas badan karena demam.
3. Air
rebusan daun puring jenis air mancur dapat digunakan untuk mencegah penyakit
rajasinga.
4. Papagan
kulit batang yang diseduh dengan air panas lalu diminum dapat mengurangi rasa
sakit perut akibat diare
5. Dalam
farmakologi Cina disebutkan tanaman ini memiliki rasa pahit, dingin, beracun.
Melancarkan peredaran darah, peluruh keringat dan pencahar ringan. Akar dan
kulit batang mempunyai rasa pedas, yang berkurang bila digodok bersama dengan
scutellaria. Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan daun, ranting muda,
akar dan kulit batang.
6. Sebagian
dari ibu - ibu mungkin kebingungan ketika buah hatinya sakit, sakit perut
misalnya. jika ibu mempunyai tanaman puring bisa memanfaatkannya sebagai
obatnya. berikut ini caranya;
- ambil
secukupnya daun puring muda, yang beerwarna kuning dan masih segar
- lumatkan
sampai halus
- tambahkan
sedikit air bersih, aduk sampai menjadi bahan seprti bubuk
- oleskan
pada perut anak
Berdasarkan
berbagai literatur yang mencatat pengalaman
secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah,tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah,tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
1. Perut mulas. Akar puring sepanjang satu jari ditambah 3
lembar daun sesuru
(Euphorbia nerifolia L.) ditumbuk sampai halus,tambahkan air secukupnya lalu disaring dan diminum. Setelah minum ramuan ini akan sedikit diare karena berkhasiat pencahar, tapi sakit perutnya menghilang.
(Euphorbia nerifolia L.) ditumbuk sampai halus,tambahkan air secukupnya lalu disaring dan diminum. Setelah minum ramuan ini akan sedikit diare karena berkhasiat pencahar, tapi sakit perutnya menghilang.
2. Sakit perut pada
anak-anak. Daun puring berwarna kuning yang masih muda dan segar,secukupnya
dilumatkan sampai halus, tambahkan sedikit air bersih sampai menjadi bahan seperti
bubur. Balurkan pada perut anak.
3. Sifilis. Satu
batang puring seutuhnya dicuci bersih lalu digodok dengan 5 gelas airsampai
tersisa setengahnya. Setelah dingin disaring lalu dibagi untuk 3 kali minum.
Diminum dengan air gula seperlunya.
4. Sukar
berkeringat, eksema. Rebus daun secukupnya, minum.
5. Cacingan, nafsu
makan berkurang. Rebus ranting muda secukupnya, minum.
6. Sembelit, kejang
lambung, kehilangan selera, penyakit saluran kencing pada anak- anak. Rebus
akar dan kulit batang secukupnya, minum.
G. MANFAAT BAGI LINGKUNGAN
Udara
di dalam rumah bisa saja tercemar zat-zat berbahaya. Untuk mengurangi risiko
terkena paparan polusinya, bisa dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman
hijau di dalam ruangan. Berada di dalam rumah bukan berarti terbebas dari
polusi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh United State Environmental
Protection Agency (USEPA) mengindikasikan bahwa derajat polusi dalam ruang bisa
2 sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi luar ruangan. (http://www.tabloidrumah.com)
Parahnya,
gas CO yang dihasilkan rokok maupun sumber lain (asap kendaraan, asap kompor),
jika terhirup oleh hidung akan masuk ke dalam aliran darah, termasuk aliran
darah jantung. Bila ini terjadi, maka hemoglobin akan lebih banyak terikat
dengan CO dan ini bisa menyebabkan kadar CO berlebihan dalam darah. Pada tubuh
yang kekurangan oksigen dapat menimbulkan terjadinya hipoksia. Bila hipoksia
menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat yang
disebut ensefalopati. Apabila mengenai jantung dan darah disebut gangguan
kardiovaskuler. (http://www.tabloidrumah.com)
Untuk
mengatasi masalah polusi dalam ruangan, selain memperbaiki sirkulasi udara,
juga juga dapat diminimalisir dengan meletakkan tanaman di dalam ruangan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika
Serikat (NASA) awal 1970-an menemukan 50 jenis tanaman yang mampu mengurangi
konsentrasi polutan di dalam ruangan, terutama tiga polutan utama, yaitu
benzena, trikhloroetilen (TCE), dan formaldehid. Bintang Nugroho dari Green
Building Council Indonesia (GBCI) mengatakan, sejumlah tanaman yang dimaksud
NASA ada di Indonesia, misalnya lidah mertua (Sanseviera), palem bambu, sri
rejeki (Aglaonema), beringin, garbera yang biasa kita jadikan bunga potong,
puring (Janet crane), dan hanjuang (Marginata). (http://www.tabloidrumah.com)
Menurut
penelitian di laboratorium, kelima jenis pohon itu bisa mengurangi polusi udara
sekira 47 – 69 persen. Mereka adalah pohon felicium (Filicium decipiens),
mahoni (Swietenia mahagoni), kenari (Canarium commune), salam (Syzygium
polyanthum), dan anting-anting (Elaeocarpus grandiforus). Sementara itu, jenis
tanaman perdu yang baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum
variegiatum), werkisiana, nusa indah (Mussaenda sp), soka (Ixora javanica), dan
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). (http://anekaplanta.wordpress.com)
Agus
Choliq Pemilik Krokot Nursery yang mengkoleksi puring mengakui menggunakan
metode stek dan cangkok dalam melakukan perbanyakan tanamannya. Sedangkan untuk
penyerbukan alami dirinya melakukan hanya untuk proses penyilangan. Harapannya
bisa menghasilkan satu jenis baru yang baik. Dengan naiknya pamor puring saat
ini otomatis proses perbanyakan harus lebih cepat dan evisien sebagai
konsekuensi permintaan pasar yang meningkat. Puring yang mempunyai batang keras
mempunyai karakter yang berbeda dengan tanaman lainnya dengan karakter batang
lunak. Bila di sejajarkan maka perbanyakan puring sama dengan tanaman yang
sering kita lihat di sekitar kita dan yang paling mudah di dapatkan adalah
tanaman buah. Berikut kami berikan dua alternatif tips dan trik perbanyakan
puring.
Metode Stek Lebih Cepat
Metode
stek merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan sebab tidak perlu
persiapan yang panjang selain itu alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
1. Siapkan peralatan yang terdiri dari gunting
tanaman, pisau, plastik penutup, tali plastik, pot dan media tanam.
2. Siapkan media tanam dengan campuran pasir,
dengan humus bambu.
3. Pilih batang puring yang sudah terlihat tua
untuk dipotong. Cirinya cukup mudah perhatikan kulit bila sudah berwarna
cokelat seperti kulit kayu berarti batang sudah siap di stek.
4. Potong dengan menggunakan gunting tanaman
yang sudah dibersihkan. Hindari pengunaan pisau sebab batang punya struktur
yang keras dan mengandung kayu.
5. Setelah terpisah jangan lupa untuk untuk
menutup luka di pohon indukan dengan fungisida.
6. Bila daun terlihat rimbun potong di bagian
bawah dengan menyisakan sekitar 5-7 daun. Tujuannya untuk mengurangi penguapan
yang harus di jaga selama proses stek.
7. Ikat sisa daun mengarah keatas dan tutup
dengan plastik untuk mengurangi penguapan.
8. Rendam potongan bawah dalam larutan
perangsang akar sekitar 15-20 menit.
9. Masukkan dalam media tanam dengan
urutan stylofoam/gabus bisa juga dengan menggunakan pecahan genting,
selanjutnya masukkan pasir hingga setengah pot. Setelah itu masukkan potongan
stek.
10. Lapisan atas gunakan campuran pasir dengan
humus bambu hingga penuh.
11. Tekan media tanam hingga batang bisa berdiri
tegak.
12. Siram media tanam dengan menggunakan sisa air
perangsang akar
13. Tempatkan ditempat teduh.
Tanda
berhasilnya proses stek bisa dilihat dari kondisi daun selama satu hingga dua
minggu. Bila terlihat tetap segar bahkan tumbuh tunas baru berarti stek
berhasil dan tutup plastik bisa dilepas. Cara stek ini mempunyai kelebihan
cepat dan mudah namun keberhasilan proses ini masih mempunyai
keberhasilan hingga 90%. Jadi masih ada kemungkinan 10 persen tidak berhasil. Untuk
meminimalkan kegagalan usahakan saat melakukan pemotongan stek dipastikan pohon
dalam keadaan sehat. Selain itu batang juga harus sudah tua supaya pertumbuhan
akar bisa maksimal. Yang tak kalah penting adalah untuk menjaga kelembaban
dengan menempatkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
Metode Cangkok Lebih Aman
Cara
kedua yang bisa dilakukan adalah dengan cangkok. Cara ini punya keberhasilan
lebih besar dari pada model stek sebab akar di rangsang sebelum batang di
potong. Namun beberapa nursery menganggap cara ini jauh lebih merepotkan.
1. Pilih batang yang sudah tua dengan warna
cokelat. Usahkan batang yang dipilih lebih tua dari metode stek
2. Siapkan pisau tajam, plastik, media tanam, dan
tali plastik.
3. Kupas kulit batang sekitar 3-4 cm untuk tempat
media tanam cangkok.
4. Masukkan media tanam yang terdiri dari humus daun dan bungkus dengan plastik
5. Lubangi plastik untuk memberikan sirkulasi
udara
6. Siram media cangkok untuk menjaga kelembaban
tanaman jadi jaga agar tidak kering
7. Bila akar sudah terlihat lepas media tanam dan
potong batang.
8. Masukan dalam pot urutan sama dengan model
stek.
Metode
cangkok ini lebih aman sebab saat dipisah dari indukan batang sudah mempunyai
akar sehingga yang harus dijaga adalah kandungan nutrisinya. Namun cangkok
memang punya waktu lebih lama dan batang yang dipilih harus lebih tua dari
metode stek.
1. Okulasi
alias tempel mata tunas juga bisa jadi pilihan. Cara ini tergolong efektif dan
cepat. Cocok diterapkan untuk memperbanyak puring langka dan sedang diminati.
Semisal puring kura – kura. Umumnya memakai batang bawah puring murah Sementara
mata tempelnya adalah puring mahal. Mata tempel dipilih yang sehat da n masih
aktif. Ditandai dengan warna hijau kecoklatan dan nampak segar berair. Mata
tunas yang mati biasanya berwarna hitam.
2. Mata
tunas diambil dengan jalan menyayat. Disarankan menggunakan pisau yang benar –
benar bersih dan tajam. Setelah itu disiapkan tempat penempelan di batang
tanaman puring yang lain. Ukurannya harus benar – benar pas. Mata tunas lalu
secepatnya dipasang. Lendir dan kambim jangan sampai mengering aau terpegang.
3. Mata
tunas yang sudah dipasang lau diikat erat dengan tali rafia. Cara mengikatnya
seperti orang menyusun genting. Yaitu dari bawah menuju ke arah atas. Supaya
air hujan tidak masuk ke dalam. Air hujan bisa mengakibatkan mata empel
membusuk. Sekitar sebulan kemudian biasanya mata tempel sudah melekat. Tali
pembalut bisa dilepas. Tajuk tanaman pokok bisa dipangkas. Supaya mata tunas
bisa segera tumbuh.
4. Begitu
juga sambung pucuk, tingkat keberhasilannya terbilang sangat tinggi. Batang
bawah puring murah disambung dengan entres puring favorit. Biasanya menggunakan
bentuk sambungan ‘V’ lantas diikat plastik. Sama seperti okulasi, entres alias
batang atas dipilih yang belum terlalu tua, berciri tak terlalu keras, juga
sedang aktif tumbuh.
Jenis Jenis Puring :
Makasih :) benar benar membantu :D
BalasHapusMakasih ya atas informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan kita semua
BalasHapusSalam kenal dari kolang kaling